Yasemin Acar Tidak Pernah Takut


Yasemin Acar seorang aktifis Medleen yang berangkat menuju Gaza dari perairan Italia mengatakan secara jujur, "Pengeboman rumah sakit, pemboman anak-anak, kejahatan perang ini telah kita saksikan selama 20 bulan, dan inilah mengapa kami berada di sini. Kami berada di sini karena pemerintah kami tidak melakukan ini. Kami berada di sini karena pemerintah kami terus mendukung genosida ini, blokade ilegal di Gaza,"

Perlayaran menuju tanah Gaza ternyata bukan tanpa alasan, melainkan membawa misi mulia untuk menunjukan kebenaran pada dunia. Selain itu Yasemin Acar beserta relawan aktivis lainnya bertujuan untuk mematahkan laut Israel di daerah kantong itu, tempat hampir 55.000 orang tewas dalam serangan mematikan sejak Oktober 2023 dan mengirimkan pasokan bantuan ke Gaza.

Dilansir dari Anadolu, Acar menjelaskan bahwa kapal bantuan itu sangat dekat dengan kapal Gaza. Dia juga menyebut empat kapal Israel mengepung kapal itu, dua kapal di antaranya berada 200 meter dekat dengan Madleen. Yasemin dan Kawan-kawannya mulai berlayar dari Sisilia, Italia, pada 6 Juni menuju Gaza.

Apa yang terjadi dalam pelayaran itu?

Pihak berwenang Israel mendeportasi empat aktivis pada hari Selasa, termasuk aktivis lingkungan Swedia Greta Thunberg, ke negara asal mereka, sementara delapan lainnya masih ditahan.

Adalah mengatakan bahwa delapan aktivis tersebut dituduh memasuki Israel secara ilegal.

“Mereka tidak berusaha memasuki Israel atau bermaksud memasuki perairan teritorial Israel. Rute yang direncanakan adalah dari Sisilia ke perairan internasional dan kemudian langsung ke perairan teritorial Negara Palestina yang diakui secara internasional, ke Gaza,” ujar Adalah.

Adalah mengidentifikasi para aktivis yang masih ditahan Israel sebagai Suayb Ordu dari Turki, Mark van Rennes dari Belanda, Rima Hassan, Pascal Maurieras, Yanis Mhamdi, dan Reva Viard dari Prancis, Thiago Avila dari Brasil, dan Yasemin Acar dari Jerman.

Adalah menuduh Pengadilan Peninjauan Penahanan Israel memungkinkan pihak berwenang memperpanjang penahanan secara sewenang-wenang, berpotensi selama satu bulan, hingga 8 Juli 2025, tanpa pengawasan yudisial lebih lanjut yang jelas-jelas melanggar hukum internasional.

Israel terus menutup semua penyeberangan perbatasan Gaza untuk bantuan kemanusiaan sejak awal Maret. Badan-badan bantuan telah memperingatkan tentang risiko kelaparan di antara 2,4 juta penduduk Gaza.

Sebenarnya siapa yang takut? Jawabanya Israel Laknatullah, hanya karena kapal yang membawa keadilan dan kebenaran mereka sempat-sempatnya memblokade penyebrangan? Bukankah ini karena ketakutan? Kalau bukan ketakutan lantas mau bilang apa? Ternyata blockade yang mereka lakukan sangat menguntungkan untuk kami kaum Muslim, buktinya kami bersatu membentuk ukhuwwah islamiyyah dalam Gerakan global march to Gaza.

Kami semakin kuat tapi mereka (Israel Laknatullah) semakin sering pake popok biar celananya tidak basah sama air kencing.

Komentar