Sutan Irawansyah
Setiap manusia, termasuk dirimu pasti ada yang punya rencana dalam menapaki alam kehidupan ini, ada juga di antara kamu yang menjalani kehidupan ini seperti air mengalir saja, biarkan garis takdir yang menentukannya dan biarkan dirinya mengalir ke mana takdir itu membawa. Tapi yang pasti keduanya punya tujuan ambisi. Kedua-duanya bagiku tidak salah. Tapi terkadang kedua-duanya pasti suatu saat akan menemukan momen di mana dirimu mengalami kegagalan, bahkan kegagalan yang terus menyapa yang kerap kali ingin mematahkan langkah kakimu yang sudah jauh. Di situ bermunculan dalam pikiranmu beribu alasan untuk menyerah. Hmmmm…
Berencana atau tidak dalam hidup pasti setiap orang memiliki ambisi dan obsesi bukan? Entah itu tentang cita-cita, asa, hingga cinta? Di situ terkadang tak selalu menguntungkan juga tak selalu menemukan kegagalan kan? Kalau menguntungkan tentu sesuai harapan, tapi kalau gagal akan lain lagi ceritanya. Nahh, di kegagalan ini lah tak semua orang mampu menelan kepahitan, tak semua orang mampu menerima, sebab kegagalan adalah kata yang selalu dibenci setiap orang.
Apalagi kegagalan itu sendiri jadi bagian yang tak terpisahkan dalam hidup, pasalnya tidak ada orang yang berhasil tanpa mengalami kegagalan. Kamu mengenal ribuan orang sukses, puluhan tokoh yang cemerlang, nahh apakah kamu pernah mendengar dari sekian banyak tokoh dan orang sukses itu yang kerjaannya tidur pulas? Tanpa pernah mengalami patah dalam setiap tapak jejaknya? Aku rasa tidak ada. Pasti mereka pernah patah, pernah gagal, tidak sedikit dari mereka yang patah berkali-kali. Mungkin kamu kenal dengan Einsten, Habibie, sampai Thomas Alva Edison yang mengalami ribuan kegagalan saat mencoba menyempurnakan bola lampu ciptaanya. Jadi sebelum kamu gagal jangan harap kamu jadi siapa. Terima itu sebagai bagian dari sebuah proses, meskipun menyakitkan.
Tapi coba kamu perhatikan mengapa mereka bisa sampai ke taraf yang sangat ideal? Kuncinya satu: mereka tidak pernah berhenti melewati rintangan, tantangan, kegagalan dan hal-hal yang hampir membuat mereka jatuh. Bukanya islam secara prinsip mengajarkan kita untuk tidak boleh menyerah dan kalah? Kata Allah, janganlah berputus asa, dan jangan banyak ketakutan. Terus bergerak dan jangan pernah berhenti. Perhatikan petikan ayat Al Quran,
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (Az Zumar [39] : 53)
Maksudnya jangan berputus asa dari sesuatu yang baik. Artinya terus bergerak karena di sana ada kebaikan dan kesuksesan yang akan memelukmu. Kalam Allah yang lain menyebutkan begini, “Bersama kesulitan ada kemudahan.” Kata-kata yang sangat indah, bukan? Pertanyaanku sederhana, untuk siapa kemudahan, kesuksesan sampai kemenangan itu? Untuk yang mau melangkah dan melewati kesuksesan, memang begitu janji Allah. Bahkan nyatanya kemudahan akan lebih banyak didapat ketimbang kesulitan. Jadi, jangan menganggap hilang harapan dan cahaya tidak akan lagi terbit di pagi hari saat menghadapi kegagalan. Karena bukan matahari yang tidak terbit lagi barangkali kamu saja yang tidak bisa melihat sinaranya, bukan harapanya yang hilang barangkali kamu saja yang tidak mau melanjutkan langkah.
Selanjutnya, jangan banyak ketakutan, persoalanya energimu selalu dihabiskan untuk takut gagal ketimbang menghadapi kegagalan-kegagalan itu. Terlalu sia-sia akhirnya energimu habis untuk diam menakuti kegagalan, dan sama sekali tidak melakukan apa-apa. Akhirnya kamu gagal, karena di situ kamu telah mendeklarasikan dirimu sebagai pecundang yang gagal. Perhatikan ucapan Henry Ford, katanya bahwa kegagalan hanyalah kesempatan untuk memulai lagi, kali ini lebih cerdas. Jadi jika kamu gagal tak mengapa dan jangan sedih, karena kamu sudah selangkah lebih maju dari pecundang dan pengecut yang tidak pernah sama sekali melangkah, sehingga buat mereka berdiri di belakangmu. Maka intinya kamu tidak punya alasan untuk berhenti.
Komentar
Posting Komentar