Transformasi Paradigma Pendidikan Kita : Suatu Tinjauan Kritis (I)

Sutan Irawansyah

Seluruh belahan negara, termasuk Indonesia, pasti mengakui bahwa kualitas SDM demi kesejahteraan negaranya harus ditingkatkan setahap demi tahap kearah yang lebih baik, karena peningkatan kualitas SDM sangat berperan vital dan memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi kemakmuran dan kemajuan negara, sehingga negara tersebut dapat bersaing dengan negaranegara lain di kancah internasional, baik di sektor politik hingga ekonomi. Maka meningkatkan kualitas SDM melalui sektor pendidikan menjadi ujung tombak dan keniscayaan yang tidak dapat disangkal dalam upaya mewujudkannya. Namun bukan pendidikan yang hanya sebatas nama pendidikan, bukan aksi yang di jalankan dengan asal-asalan, melainkan aksi dengan pola dan cara yang benar yang dapat melahirkan manusia yang baik.

Sejauh ini semua lapisan masyarakat manapun artinya akan sepakat jika pendidikan menjadi bagian yang paling krusial bagi tumbuh kembang manusia untuk menjalankan peran dan fungsinya dengan baik (sebagai khalifah fil ardh), karena pada hakikatnya, manusia dengan segala potensi yang lengkap didalamnya tidak dapat langsung menjalankan peran dan fungsinya begitu saja, melainkan diperlukan aktifitas penyadaran, dan yang terpenting adalah proses pendidikan. Tujuannya tiada lain melainkan memunculkan versi utuh dari manusia sebagai manusia sekaligus sebagai hamba.

Makanya, pendidikan menjadi bagian basis dasar terpenting dalam mewujudkan peradaban yang gemilang dan cemerlang. Itulah mengapa founding father kita, Bapak Mohammad Natsir, dalam capita selectanya menyebutkan, maju dan mundurnya salah satu kaum bergantung sebagian besar kepada pelajaran dan pendidikan yang berlaku dalam kalangan mereka itu. 

Sebegitu pentingnya pendidikan bagi manusia pada umumnya, khususnya bagi kita sebagai warga negara Indonesia. Istilah pendidikan sering didefinisikan dengan proses menolong atau membantu manusiamenjadi manusia seutuhnya. Jawaban ini telah ada sejak 600 tahun silam sebelum masehi di peradaban Yunani. Sekurang-kurangnya dalam definisi tersebut ada dua komponen penting yang dapat membantu memahami hakikat pendidikan, yaitu “membantu/menolong” dan “manusia”. 

mengapa manusia perlu dibantu untuk menjadi manusia seutuhnya? Karena memang manusia akan dinilai berhasil menjadi manusia jika mereka dibantu untuk memunculkan dan memiliki nilai sifatsifat kemanusiaan yang ada pada dirinya sendiri. Peradaban Yunani mengklasifikasikan tiga indicator penting manusia, pertama, kemampuan mengendalikan diri, keduai, cinta tanah air, ketiga, berpengetahuan. Artinya manusia menjadi manusia bila mampu memenuhi ketiga kriteria tersebut. Sebetulnya jika menspesifikan karakter dan kriteria manusia yang telah menjadi manusia itu dikembalikan kepada filsafat hidupnya masing-masing. Namun jika menggunakan ukuran peradaban Yunani lama maka muncul tiga syarat diatas.

Indicator kegagalan pendidikan manusia menjadi manusia tatkala mereka tidak mampu mengendalikan dirinya. Banyak orang yang menyesal ketika menjatuhkan talak pada pasangannya disebabkan kegagalan mereka dalam mengendalikan diri, banyak juga orang yang gagal mengendalikan diri, akibatnya korup, dusta, khianat hingga berbohong dst. Dengan kata lain kemampuan mengendalikan diri adalah memiliki akhlaq. Kriteria kedua adalah cinta tanah air, maksudnya cinta tempat tinggal, dimanapun dia berada dia akan mencintai tempat dimana ia tinggal. Karena manusia menjadi tujuan pendidikan, maka manusia harus memiliki pengetahuan yang tinggi. Sejauh ini dapat dipahami bahwa jika manusia tidak memiliki adab dan akhlaq dalam dirinya, jauh dan kering dari nilai norma agama, maka dia gagal menjadi manusia, sebab itu semua diakibatkan meeka gagal dalam mengendalikan diri mereka sendiri dan tidak mampu berpikir dengan benar atau tidak berpengetahuan.

Kata menolong berimplikasi pada penolongan manusia menemukan bakat dan potensinyasebagai manusia, maksudnya manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi manusia. jika tamatan sekolah mengalami kegagalan menjadi manusia, artinya dia gagal dalam pendidikannya. Inilah fakta ideal dari hakikat pendidikan. 

Bersambung....... 

Komentar