Yang membuat kita bertahan

 


Sutan Irawansyah

Dalam hidup ada siklus dimana kamu atau aku berada di posisi terendah dan merasa sangat sangat hancur. Merasa hilang dan tak tahu harus kemana jalan kembali pulang, dilanjutkan tak tahu arah, diam pun tak mengubah apa apa. Disitu kamu benar benar seperti dihantam dan dihimpit batu besar hingga hancur. Yang bisa kamu lakukan akhirnya adalah menangis. Merasa gagal, kecewa, tak ada lagi yang dapat dipercaya. Pasalnya kamu sudah sejauh itu berjalan tapi mengapa kekecewaan selalu menjadi bagian daftar hidupmu, rasanya tak cukup bila satu episode saja dalam hidup tidak ada kekecewaan dan kehancuran. Kamu terhimpit hingga terdesak, ingin mencoba bangkit namun rapuh, tampak kuat namun nyatanya tak sebaik yang terlihat.

Aku ingin bertanya saja, apa yang membuat kamu bisa terus bertahan? Setelah melewati beragam derita yang kamu Terima, dari kecewa hingga patah hati, namun kamu masih hidup sampe hari ini, jadi apaa sebenarnya yang buat kamu bertahan? Kamu bertahan karena harapanmu kepada Allah. Ini kiranya alasan kuat yang menyebabkan kamu terus bertahan, tak gentar dengan ujian, kekecewaan dan seluruh luka yang kamu dapatkan. Bahkan tak sedikitpun kamu mundur untuk menyerah, sampai pada detik kamu seperti hilang segalanya, hancur sehancur nya kamu masih tetap bertahan dan hidup. Maka alasan yang membuat kamu masih bertahan hingga detik ini adalah harapan yang kuat kepada Allah. 

Bukankah harapan kepada Allah yang menyebabkan Musa di beri pertolongan dengan mukjizat membelah laut Merah dengan satu ketukan tongkatnya disaat saat dihadapkan posisi yang tak karuan? Bukankah Nabi yang diberi pertolongan sesaat bersembunyi dari kejaran Quraisy dengan jaring laba laba yang menutupi gua? Jadi kebergantungan harapan mu kepada Allah yang menyebabkan kamu bertahan dan Allah menurunkan pertolongan.

Lagi lagi harapan kepada Allah itu bernama husnudzon kepada Allah bahwa segala yang kita Terima tentang ujian, kekecewaan, kebencian hingga kehilangan adalah alamat bagimu untuk kembali pulang dengan penuh ridho atas segala yang kamu jalani hari ini, dan kemudian menyalakan harapan kepada Allah. Dengan ridho kita tuma'ninah dengan harapan kita melangkah. Ketika kamu husnuzon kepada-Nya ruang sesempit apapun kamu akan selalu melihat peluang begitu menganga didepan mata. Sebab itu satu kunci ampuh husnuzon dan berharap kepada Allah adalah kekuatan keyakinanmu pada-Nya. Seperti Musa, di fase fase mendesaknya Musa berkata "Allah pasti akan memberikan Hidayah" Musa dengan begitu yakin dan menggantungkan segalanya kepada Allah di ikuti mencoba berprasangka baik kepada-Nya. Inilah yang di gambarkan Nabi dalam sebuah riwayat, bahwa prasangka Allah ada bersama prasangka hamba-Nya. Harapan itu ada, peluang itu ada, tergantung seberapa kuat kamu bergantung dan yakin kepada Allah. Ketika keyakinan dan kebergantungan harapan itu kokoh, utuh maka disitu kamu akan ditolong dengan pertolongan yang terbaik dari-Nya. 

Kamu lihat bagaimana hadits diatas mendesain dalam merubah menghijrahkan mindset kita dari negatif ke positif. Pertama-tama hadits itu dipahami bahwa yang sanggup melakukan sesuatu itu sangat tergantung pada prasangka atau dzan dirimu tentang-Ku. Artinya yang bakal menentukan arah langkah selanjutnya itu tidak hanya sekedar perencanaan yang matang, melainkan keyakinanmu tentang diri-Nya. Perencanaan hanyalah basa-basi jika diletakkan diatas keraguan dan ketakutan yang akut. Keyakinan dan mindset itulah menjadi tuan bagi tubuhmu sendiri. Khususnya keyakinan pada Allah. Orang yang husnudzon dan selalu bergantung hatinya pada Allah, maka akan Allah mudahkan dan bukakan jalannya. Tapi Allah hanya akan membukakan jika kamu mau melangkah, dan orang yang melangkah (ikhtiar) pasti melalui keyakinannya dulu pada-Nya lalu dilengkapi dengan perencanan yang matang (tawakal). Makanya Nabi selalu mengingatkan kita untuk mengawali bismillah dalam setiap aktifitas, karena untuk menanamkan nilai mindset positif pada kita. 

Kedua, hadits ini merupakan isyarat untuk menguatkan rasa harapan ketimbang ketakutan, seperti takut gagal, takut kejadian itu terulang dst. Barangkali bukan kesulitan ataupun kegagalan yang membuatmu takut, tapi justru ketakutan yang membuatmu sulit dan gagal. Maka ada dua nilai penting yang disampaikan dalam hadits ini, yaitu husnudzon (prasangka baik kepada Allah) berupa harapan sehingga tersingkap segala hal yang awalnya ditakutkan, lalu kedua melangkah. Dengan kata lain harapan dan tindakan. Hadits ini menekankan dua hal tersebut. Singkatnya penanaman nilai optimisme.

Orang yang berpikir tidak akan menyeimbangkan prasangkannya dengan ancaman, karena itu hanya ketakutan, akan tetapi orang yang berpikir akan menyesuaikan prasangkanya dengan janji-janji-Nya, maka itulah harapan. Dalam hadits ini kita dapat menarik sari pati yang disampaikan bahwa mindset positif adalah jalan para pejuang harapan. Satu-satunya alasan yang kokoh untuk kita bergerak adalah tersimpannya segala harapan kepada Allah. 

Mungkin rasanya nihil untuk menyalakan harapan di tengah tengah kondisi terpuruk tidak karuan. Kehilangan orang tercinta, kehilangan nama baik, kehilangan hal yang paling berharga, hilangnya pekerjaan. Apa yang harus di lakukan di titik keterpurukan itu? Pertama tama kamu harus ridho atas ketetapan-Nya. Dirimu yang ridho kepada Allah dengan meyakini semua adalah amanah titipan dari Tuhan, semua yang kita genggam hari ini hanyalah singgahan, dan kamu ridho dan Allah pun ridho padamu. Disaat saat itu mindset kita akan terbangun menyusun harapan menyusun langkah untuk bangkit dan mendobrak dari segala keterpurukan. 

Mengapa kamu harus ridho dan berharap hanya kepada Allah? Sederhana, karena kamu lemah, tidak ada alasan yang tepat untuk tidak berharap kepada Allah. Jika tidak berdoa dan berharap kepada Allah maka pada siapa kita bergantung? Apa yang kamu harapkan tanpa berdoa kepada Allah? Manusia kah?

Sekali lagi, keyakinan-Mu pada Allah sangat menentukan posisi kamu selanjutnya. Kamu terpuruk dengan luka yang ada, atau kamu bangkit melawan segala kemustahilan sangat bergantung pada seberapa kuat yakinmu pada Allah. Ingat, kamu mau memilih diam dan menangis tapi tidak merubah apa apa? Atau kamu mau lawan meski dengan resiko sayatan yang tak bisa terelakkan? Pada akhirnya kamu harus bergerak melawan segala kemustahilan dengan ridho dan penuh yakin kepada Allah.

Dalam riwayat ditegaskan laa tamutanna ahadukum illa WA huwa yushinu dhanna billahi. Juga firman Allah dalam Az Zumar, laa taqnathu min rahmatillah. Putuskan segala keputusasaan, jangan menyerah, bangkit dari keterpurukan dengan berharap pada Tuhan adalah jalan dirimu untuk menang. Karena hanya orang orang ceroboh dan pengecut yang tidak pernah berharap sama sekali kepada Allah.

Komentar