Sutan Irawansyah
Penanaman nilai berpikir positif telah diintruksikan oleh Al Quran, sekurang-kurangnya terdapat tiga ayat yang mengarah untuk berpikir positif;
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (Asy Syarah [94] : 5-6)
Menurut Ibn Katsir Allah mengabarkan bahwa bersama kesulitan itu di sertai kemudahan, kemudian Allah menekankan hal tersebut di ayat setelahnya. Kemudian ayat ini semakna dengan surat Ath Thalaq ayat 7. Ayat lain yang menerangkan mindset positive diterangkan dalam surat Al Hujurat
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Wahai orang-orang beriman! Jauhilah prasangka, karena sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa..” (Al Hujurat [49] : 12)
Dalam tafsiran Al Maraghi, menurutnya ayat ini menekankan untuk menjauhi suudzon, yaitu berupa prasangka buruk dengan menuduh dan menduga buruk setiap ucapan ataupun perkataan seseorang. Artinya dibalik ayat ini kita ditekankan untuk husnudzon (prasangka baik/mindset positif) dalam hal apapun, terutama kepada Allah, sehingga tidak menyebabkan keburukan berupa khawatir, ketakutan, cemas, stress hingga depresi, melainkan harapan. Jika dalam konteks manusia tidak menimbulkan permusuhan.
Sebagaimana telah diungkap sebelumnya bahwa mindset positif adalah pola pikiran yang diletakan pada sebuah nilai harapan, selalu ada harapan baik. Jika kehilangan harapan yang terjadi adalah munculnya rasa ketakutan. Jadi sebenarnya ketakutan itu ada disebabkan bukan hanya kita tidak tahu bagaimana menghadapi apa yang kita duga dan sangka, melainkan lebih mendalam dari sekedar itu, yakni hilangnya harapan. Harapan ini menjadi sebab tolak ukur positif dan negatif nya pikiran kita. Ketika kita melihat segala sesuatu selalu ada ruang harapan didalamnya, maka dengan sendirinya kita telah berpikir positif. Berbeda jika ketakutan terjadi, pada hakikatnya disebabkan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan.
Rasa ketakutan itu sendiri berarti bayangan nanti akan ada hasil yang jelek didepan. Sangat wajar kalau manusia itu memiliki rasa takut. Kita bisa lihat bahwa dibalik kekacauan itu terkadang tersimpan ketakutan yang tersembunyi. Biasanya ketakutan itu hadir disebabkan ada yang mengancam dirinya terhadap masa depan. Jika dipahami diri kita faktanya takut itu suatu hal yang sangat wajar, dan kita sah untuk takut, yang tidak boleh itu takut dengan berlebihan yang melahirkan cemas, khawatir, depresi dst. Maka rasa takut yang ada mesti dikendalikan bukan di hilangkan, sebab takut membuat kita waspada dan hati-hati, maka posisinya harus diseimbangkan dengan harapan yang dikendalikan, karena tanpa harapan, manusia menjadi putus asa dan berhenti melangkah. Berikan rasa ketakutan dan harapan dengan porsi yang seimbang dengan kendali penuh.
Point pentingnya rasa takut itu ada dipikiran kita,itu sebetulnya adalah apa yang ada dalam pikiran kita, seperti konsep kita takut tidak punya uang karena uang dianggap penting oleh kita, lantas kamu takut tidak punya pekerjaan, karena pekerjaan itu penting, ini sebetulnya bersumber dari pikiran. Karena pada faktanya segala sesuatu itu asalnya kosong, netral, ada disebabkan pikiran kita dan konsep kita yang membuatnya menjadi ada. Maka sekali lagi kunci sumbernya ada dalam pikiran tadi. Bagaimana kita berpikir akan sangat berpengaruh terhadap rasa ketakutan yang hadir dalam diri kita, jika pola pikirnya tidak diatur dan dikendalikan maka akan muncul ketakutan yang tidak rasional. Kita tidak takut kegelapan, tapi sebenarnya yang kita takuti adalah apa yang ada dibalik kegelapan, ktia tidak takut ketinggian, melainkan kita hanya takut jatuh.
Wallahu a'lam bi shawwab
Komentar
Posting Komentar