Nikmat Al Kautsar


Sutan Irawansyah

 إِنَّاۤ أَعۡطَیۡنَـٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ 

"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak." [Surat Al-Kautsar: 1]

وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَاۤۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَظَلُومࣱ كَفَّارࣱ 

"Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)."

Allah SWT telah memberikan kepada kita ragam kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya, sehingga dengannya kita dapat memenuhi segala kebutuhan manusia yang kita perlukan, karena tanpa nikmat-nikmat-Nya mustahil kita dapat hidup seperti layaknya manusia. Maka artinya nikmat yang Allah berikan seluruhnya merupakan bentuk keluasan rahmat-Nya yang sangat luas dan mendahului murka-Nya. 

Dalam ayat tadi Allah tengah menyebutkan dan menerangkan bahwa Dia telah memberikan pada kita nikmat yang begitu banyak dan melimpah, inna a'thaina kal kautsar..... Kalau kita perhatikan sebab sebab turunya ayat ini berkenaan dengan kematian putra Nabi Muhammad SAW, yaitu Al Qasim, sampai sampai  Al Ash Ibn Wa’il mengatakan : "Tinggalkanlah dia, karena dia lelaki yang terputus dan tidak mempunyai keturunan. Jika dia meniggal, maka dia tidak akan  lagi disebut." Ditambah kondisi dan situasi umat Islam saat itu segala kekurangan, boleh nyaris dikatakan melarat, bahkan kebanyakan yang masuk Islam ialah kalangan orang yang berkecukupan dan nyaris kekurangan, tidak ada orang yang terkemuka, terpandangan atau bahkan kaya, tidak ada. 

Namun Allah menurunkan surat ini, Al Kautsar. Jika kita perhatikan justru seperti bertentangan, dimana ayat ini menerangkan bahwa Nabi telah diberi kenikmatan yang sangat banyak namun secara berbarengan kondisi Nabi dan umatnya pada saat itu serba kekurangan, maka apa yang dimaksud nikmat yang banyak oleh Allah itu? Bila kita perhatikan serta tafakuri ayat-ayat-Nya maka jelas yang dimaksud nikmat dalam ayat tersebut bukanlah harta, tahta ataupun kekuasaan, melainkan sumber atau bahan segala nikmat, yaitu AGAMA, sedangkan orang orang quraesy pada saat itu sibuk dengan harta, kekuasaan dan hal hal keduniaan namun tidak memiliki sumber dan intinya, yakni iman dan Islam, sebab itu hartanya akan fana dan habis, miskin di dunia miskin juga di akhirat karena sumber nikmat nya hilang. 

Oleh sebab itu Al Maraghi menerangkan yang dimaksud Al Kautsar ialah : 

والمراد به هنا النبوة والدين الحق والهدى وما فيه سعادة الدنيا واآلخرة

“Yang dimaksud (Al Kautsar) yaitu kenabian, agama yang hak dan petunjuk, yang semuanya merupakan kebahagiaan dunia dan akhirat.” (Tafsir Al Maraghi)

Untuk lebih jelas Ibn Abbas menerangkan perihal Nabi Sulaiman yang di beri pilihan antara harta, kekuasaan dan ilmu, namun Sulaiman memilih ilmu, maka Allah memberikan padannya harta dan kekuasaan, sebagaimana yang kita tahu bagaimana kekuasaan dan harta raja Sulaiman. Maka jelas yang dipilih Sulaiman ialah sumber atau bahan yakni ilmu, jika telah mendapatkan ilmu maka harta dan kekuasaan akan mengikuti, berbeda jika memilih harta atau kekuasaan tanpa memilih ilmu, maka harta itu akan habis sedangkan kebodohan akan tetap ada. Seperti hal nya sebuah negara meskipun makmur, subur lohjinawi tapi tidak diikuti dengan keimanan yang berlabuh dalam hati pemimpin dan rakyatnya maka niscaya negara itu akan hancur lebur dan kusut. 

Maka jelaslah Al Kautsar merupakan ilmu, iman, agama dan seluruh petunjuk dan peraturan Allah, maka agama harus diambil dan diburu, dibuktikan dan diamalkan, sebab itu merupakan Al kautsar sumber segala kenikmatan, sumber hakiki dan sumber segala kebahagiaan. Lihatlah tarikh atau sejarah Nabi dari awal masa jahiliyah penuh dengan lumpur kehinaan dan kebiadaban dalam setengah abad lebih dengan petunjuk telah mengangkat derajat harkat dan martabat mereka keatas titik inti kemuliaan, menjadi rujukan peradaban mulia. Karena itu tidak heran Abu Amir Syakib Arsalan menyebutkan secara tersirat bahwa kemajuan suatu bangsa akan didapat hanya dengan menggenggam teguh agamanya, Islam berdasar sumber Al Quran dan Sunnah. Sebaliknya, jika pimpinan Al Quran dan Sunnah lepas dari genggaman, niscaya jangan heran Islam akan mundur dan kalah, sebab kekalahan dan kemunduran bukan sebab apa yang dari luar menyerang kita, melainkan sebab kita sendiri yang telah lepas dari Al Quran dan Sunnah. 

Sudah sepantasnya kita berterima kasih dalam bentuk syukur atas petunjuk dan hidayah yang telah Allah berikan pada kita selaku hamba-Nya yang telah di bawa pada jalan keselamatan dan kemaslahatan sehingga menjadi bangsa yang kaya dan berkemajuan. Untuk menunjukkan bentuk rasa syukur dan kabeungharan umar Islam diperintahkan untuk :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ 

"Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." [Surat Al-Kautsar: 2]

Berkenaan dengan ayat kedua ini Abu Bakar Jabir Al Jazairi mengatakan

أي فاشكر هذا اإلنعام بأن تصلي لربك وحده وَل تشرك به غيره وكذا النحر فَل تذبح لغيره تعالى 

“Yaitu bersyukurlah atas limpahan nikmat dengan shalat kepada Allah sebagai Rabb satu-satunya, dan jangan menyekutukan-Nya, dan menyembelih, maka jangan menyembelih kepada selain Allah.” (Aisar Tafasir)

الصَلاة شكر و الصيام شكر و كل خير تفعله لله شكرا 

“Shalat itu syukur, shaum itu syukur dan setiap kebaikan yang dilakukan karena Allah adalah syukur” (Lisaanul Arab)

Dua perintah untuk shalat dan qurban merupakan isyarat bahwa umat Islam beridah dan berbakti kepada Allah ialah dengan dua jalan, jalan pertama dengan badan diri kita seperti solat, dan jalan kedua dengan jalan harta seperti qurban, maka dengan kedua bakti dan taqwa tersebut Al Kautsar akan abadi dan terus ada di kalangan umat Islam. Sebaliknya jika badan telah jauh dari beribadah kepada Allah tidak bersyukur atas nikmat-Nya maka meskipun banyak harta dan bertenteng jabatan hakikatnya tidak akan ada manfaatnya sama sekali, hanya akan menjadi mubadzir, sebab itu hanya bahan kekacauan dan keributan semata. 

Ayat terakhir :

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ 

"Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)." [Surat Al-Kautsar: 3]

Artinya mesti yakin dan diyakinkan dalam hati bahwa yang benci dan anti jepada aturan Islam, moyok dan mojok kq ibadah umat Islam, atau yang mengaku Islam namun enggan menjalankan ketaqwaan maka itulah antar, yang terputus, meski incuna balatak, budakna balatak tapi tetap bakal rympung bakal buntung. Maka umat Islam jika tidak ingin beribadah dengan harta dan dan dirinya akan terputus dari rahmat-Nya. 

Maka hidup tanpa agama dan tanpa Al Kautsar adalah hidup yang tak layak dijalani dan hidupnya tidak jauh hanya laibun wa lahwun, main dan senda gurau. 

Wallahu 'alam bi shawwab. 

Komentar