Keseragaman dan Keberagaman




Sutan Irawansyah

Ada dari sebagian kamu yang tak menerima perbedaan? Mungkin ada? Yaa mungkin mungkin ada lahh. Dia yang tak ingin beda tentu selalu ingin sama dan disamakan, ingin hidup sesuai definisi yang dia buat. Mungkin juga dia tidak ingin berbeda karena atas nama ingin bahagia, akhirnya menghindari ide, gagasan, pemikiran dan politik yang berbeda. Semua dia hindari dan mencari satu pola, gagasan dan pikiran yang sama. Memang sungguh tragis. 

Memang tidak ada salahnya juga dia memilih teman ataupun kerabat yangyang satu pemikiran. Namun bagaimana dia dapat menerima realitas perbedaan? Terus hidup di zona yang dia inginkan tanpa ada beda dan perbedaan, hidup didalam goa dengan gaung dan gema dari pantulan suaranya sendiri. Akhirnya dia emosian, sensitif, baper, mudah tersinggung. Semua itu karena tidak ingin berbeda. 

Semua yang dia lakukan dengan secara tak sadar membuat ruang dan sekat sekeinginanya. Dia menerobos realitas yang nyata bahwa dimana media sosial selalu menyajikan suatu yang kontras dari yang dia inginkan sehingga menuntut hal hal yang berbeda. Yaaa seperti itulah hidupnya seekor katak di bawah tempurung ciptaanya sendiri. 

Maunya ingin seragam bukan keberagaman. Yaa bagaimana dapat mendiskusikan dan menerima beda jika hanya ingin diseragamkan? Ingat dunia bukan miliknya, dia seenaknya saja dan sekemaunya, dunia ini milik orang yang berbeda. Maka kini sudah saatnya menerima keberagaman dengan kerendahan hati menerima ide, gagasa dan hal hal yang beda. 

Yang dia lakukan hanya mencari pembenaran bukan mencari kebenaran jika tidak menerima dan tidak ingin beda. Ujungnya dia memaksa orang menilai dirinya benar karena benar dan tidaknya sesuai selera dia. 

Mestinya kita bersyukur hidup dengan keberagaman, sebab dengan syukur dan menerima kita menjadi bahagia, bahagia siapa diri kita sebenarnya, dengan beda kita menemukan diri kita, dengan beda kita dapat saling belajar dan mengenal, dengan beda membuat kita lebih beradab, karena demikian ajaran agama kita. Yang menyebabkan beda menjadi konflik dan polemik karena ada nafsu yang mendorong dan mendukung beda. 

Karena semuanya itu bukanlah karena beda? Yang menyebabkan pelangi tampak indah? Karena bukannya beda yang menbabkan simponi lagu indah merdu? Karena bukannya beda yang menyebabkan kita saling mengenal? 

Fahd Pahdepie menulis "salah kita sendiri yang terlalu nyaman hidup di dunia yang kita sukai saja."

Komentar