Oleh : Fauzan Azhari
Judul : Seribu Wajah Ayah
Penulis : Azhar Nurun Ala
Penerbit : Jakarta, PT. Grasindo Anggota Ikapi, 2020
ISBN : 9786020522678
Harga : Rp. 55.000
SINOPSIS
Seorang anak yang lahir dari keluarga yang-bisa dibilang-tidak berkecukupan. Ibunya meninggal saat melahirkan dirinya, sehingga ayahnya lah yang harus mengurusnya sampai tumbuh besar. Namun tidak disangka, harapan yang selalu diagungkan oleh ayahnya itu harus sirna setelah si anak memutuskan untuk pergi-yang kedua kalinya-dari sisinya.
Setelah kepergiannya, mau tak mau Ia harus menerima penyesalan yang begitu mendalam. Penyesalan yang kian membesar setelah dirinya dipaksa menengok ke belakang, menyaksikan potongan demi potongan masa lalu tentang wajah ayahnya. Tentang ragam ekspresi yang membuat dirinya semakin merindu dan menyesal. Tentang ketulusannya yang Ia campakkan. Dan tentang budi yang tidak akan pernah bisa Ia balaskan. Seribu wajah ayah yang Ia kenang dan ratapi itu tidak akan mengembalikannya.
SEBUAH PENILAIAN
Azhar Nurul Ala merupakan seorang penulis yang lahir di Lampung Tengah, 16 Maret 1993. Meski terlahir di tempat yang mayoritasnya bukan orang Sunda, tetapi Ia memiliki darah orang sunda karena Ibu dan Ayahnya merupakan orang sunda asli. Setelah menyelasaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas, dirinya melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya, yaitu kuliah Ilmu Gizi di Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 2015.
Satu tahun sebelum kelulusannya, tepatnya di usianya yang ke-20, Ia menikahi seorang wanita yang bernama Vidia Nuarista An-nisa Larasaty dan di karuniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Muhammad Salman Nurun Ala, tepat setelah 3 tahun penantian dari pernikahannya.
Selama perjalanan hidupnya di dunia literasi, Azhar Nurun Ala telah mengeluarkan beberapa karyanya, seperti Ja(t)uh (2013), Tuhan Maha Romantis (2014), Cinta Adalah Perlawanan (2015), Konspirasi Semesta (2016), Pertanyaan Tentang Kedatangan (2017), Mahar Untuk Maharani (2017), Lelaki Pilihan Maharani (2018), Belajar Mencintai (2019), Memeluk Hati Maharani (2019), Jangan Dulu Patah (2019), dan Seribu Wajah Ayah (2020).
Novel Seribu Wajah Ayah ini merupakan novel yang sangat baik sepanjang saya telah membaca berbagai macam novel. Tidak hanya memiliki cerita yang begitu indah, namun novel ini juga berhasil membuat saya sebagai pembaca seakan-akan masuk ke dalam cerita novel tersebut. Yang mana pada awalnya saya mengira bahwa novel ini merupakan sebuah kisah perjalanan si penulis dari mulai dilahirkan hingga sekarang, tetapi ternyata itu tidak benar. Bahwa novel fiksi tetaplah fiksi.
Meski tergolong novel fiksi, penulis pun memasukkan beberapa fragmen nyata ke dalam isi cerita yang apabila diamati dan dipahami dengan seksama, fragmen tersebut merupakan bagian kecil dari perjalanan hidup penulis. Tetapi di samping itu, penulis tidak memposisikan dirinya sebagai tokoh utama, melainkan ‘kamu’ sebagai pembaca yang seakan-akan merupakan tokoh utamanya.
Selain penulisan serta ceritanya yang indah, pada setiap bab novel ini selalu di dahului atau pasti ada suatu pesan yang tersirat maupun tersurat bagi pembaca sebagai bahan renunangan untuk diri agar senantiasa mengingat Allah sebagai satu-satunya Pencipta. Sebagai satu-satunya yang mematikan dan menghidupkan setiap yang bernyawa. sebagai satu-satunya tempat untuk berserah diri, memohon ampunan serta perlindungan. Sebagai satu-satunya yang dekat dan selalu ada bagi orang-orang yang berpikir. Itulah yang menjadikan kelebihan bagi novel Seribu Wajah Ayah ini.
Meski begitu, di samping kelebihan pasti terdapat suatu kekurangan. Sebagaimana penamaan tokoh itu merupakan suatu keharusan, agar si pembaca tau dan mengenal setiap tokoh yang terlibat di dalamnya. Namun, novel Seribu Wajah Ayah ini tidak memiliki nama untuk setiap tokoh yang disebutkan dalam cerita, yang mana ini menjadikan suatu kekurangan dari kebingungan dalam hal mengenal setiap tokoh yang ada.
Adapun begitu, mungkin ini merupakan suatu teknik dalam penulisan sehingga pembaca merasa sedang tidak membaca, namun seakan-akan ada seseorang yang mencurahkan isi hatinya kepadanya, atau menjadikan si pembaca itu sebagai tokoh utama dalam cerita novel ini. Adanya kekurangan tidak menjadikan novel Seribu Wajah Ayah ini tidak memiliki kelebihan, karena pada faktanya kelebihan yang ada pada novel Seribu Wajah Ayah ini lebih mendominasi dari pada kerkurangan.
Diskusi dan bedah buku PJ Pemuda Persis Dayeuhkolot, tanggal 2 September 2021
Komentar
Posting Komentar