Dari belajar tenun sampai bergabung dengan Persis
Pada tahun 1924 A Hassan pergi ke Bandung untuk belajar peretenunan di salah satu lembaga tekstil milik pemerintah, karena A Hassan bermaksud mendirikan perusahaan tenun di Surabaya bersama beberapa kawanya. Beliau belajar kurang lebih selama sembilan bulan, semasa pembelajaranya di Bandung, Hassan tinggal bersama keluarga H Muhammad Junus, yang merupakan salah seorang pendiri Persis (Persatuan Islam). Dengan demikian Hassan secara langsung berinteraksi dengan pusat kegiatan keagamaan yang baru saja didirikan pada tahun 1923. Awal mula A Hassan berniat untuk kembali ke tanah Surabaya namun ditahan kepergianya oleh orang-orang Persis pada saat itu, maka diadakan persetujuan kedua belah pihak antara kedua sahabat A Hassan yang mengirimnya untuk belajar tenun yaitu Bibi Wante an Mua’llimin dengan orang-orang Persis supaya A Hassan tetap di Bandung dan mendirikan perusahaan tenun, sekaligus A Hassan yang akan memimpinya. Perusahaan tenun itu dibuka pada tahun 1926, namun ditutup kembali karena kesulitan bahan.
Di dalam kenduri ini yang terdiri dari H Muhammad Yunus dan KH Zamzam dan kawan kawanya yang berjumlah sekitar 20 orang itu merupakan saksi awal berdirinya Persis. Kelompok tersebut merupakan kelompok tadarusan yang berdiskusi berkisar penelaahan dan pengkajian agama Islam, dari mulai masalah agama yang dimuat oleh majalah Al Munir yang terbit di Padang dan Al manar di Mesir, berkat pengkajiannya yang semakin lama dan semakin dalam diketahuilah akan hakikat ajaran Islam dan menggugah kesadaran mereka akan bahayanya jumud, keterbelakangan, dan taqlid, sehingga kelompok itu mendobrak dengan melakukan gerakan tajdid dan pemurnian ajaran-ajaran Islam dari noda paham sesat dan menyesatkan. Dan kesadaran perlunya mereka hidup berjamiyyah, berimamah dan berimarah dalam mensyiarkan agama Islam telah mendorong mereka untuk mendirikan sebuah organisasi baru dengan karakteristik dan corak yang khas tersendiri. Maka lahirlah organisasi tersebut dengan Persatuan Islam pada tanggal 12 September 1923. Nama tersebut di berikan dengan maksud untuk mengarahkan ruhul jihad, berusaha sekuat tenaga yang ada untuk mencapai harapan dan cita-cita, sesuai dengan kehendak wadah serta cetakan yang telah diberikan dan ditentukan, yaitu Persatuan rasa islam, Persatuan Usaha Islam, dan Persatuan Suara Islam dengan diilhami oleh Surat Ali Imran ayat 130.
Howard M Federspiel memberikan deskripsi tentang Persatuan Islam dalam disertasinya mengenai Persis :
“Dalam faksi modernis, sebuah perhimpunan bernama Persatuan Islam muncul pada tahun 1920-an dan mengekspresikan ragam pendekatan muslim modernis, dengan menekankan pentingnya Al Quran dan Sunnah sebagai sumber nilai, keyakinan dan perilaku keagamaan. Persatuan Islam mencurahkan perhatianya terutama pada promosi Islam puritan, dan, sebagaimana diketahui, menjalankan banyak aktivitas penerbitan, debta public, aksi politik, tablig dan pendidikan untuk mencapai tujuan-tujuanya. Pada masa kegemilanganya, yakni pada tahun 1920-an, 1930-an, 1950-an Persatuan Islam merupakan perhimpunan yang ideologis dan sangat kontroversial.”
Tiga tahun setelah berdirinya, A Hassan bergabung dalam organisasi tersebut, masuk nya A Hassan tidak sekedar tertarik akan paham-paham Persis, namun A Hassan sendiri telah membawa organisasi tersebut menjadi gerakan islah dengan ke khasan A Hassan yang dikenal tajam dalam berpikir telah menjadikan corak bagi Persis yang keras, bahkan A Hassan merupakan ikon utama bagi persatuan Islam dan pemikiran-pemikiranya menjadi fondasi dasar pengembangan pemikiran di Persatuan Islam. Berkat A Hassan lah Persis menjadi cepat meluas melalui debat, forum diskusi, pengajian sampai publikasi telah menjadikan organisasi pembaharu yang sangat populer akan ketegasannya dalam masalah-masalah fiqhiyyah, sebab itulah Persis tampil dengan corak dan karakteristik tersendiri yang telah diwarnai A Hassan telah ikut serta mewarnai dalam menambah gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, bahkan boleh dikatakan sebagai lokomotif gerakan pembaharuan Islam di Indonesia bersama Muhammadiyah dan Al Irsyad. Akibatnya diskusi tema Persatuan Islam tidak akan jauh dari sosok A Hassan, sehingga muncul anggapan A Hassan adalah Persis dan Persis adalah A Hassan, dua variable yang tidak dapat dipisahkan.
Bersambung......
Komentar
Posting Komentar