Aspek-aspek Al Quran sebagai wahyu dan mukjizat
Perlu kita mengetahui terlebih dulu status daripada kemukjizatan Al Quran sebelum kita masuk ke pembahasan aspek-aspek Al Quran sebagai wahyu dan mukjizat. Kebanyakan mukjizat yang Allah turunkan sifatnya aqliyyah, mengingat seperti apa yang telah diungkapkan sebelumnya. Karena sesungguhnya syari’at ini akan kekal abadi hingga tidak ada jeda waktu sampai hari kiamat, ditetapkan seperti itu supaya umat yang berfikir bisa menyaksikan, sebagaimana sabda Nabi : “tidak ada seorang Nabi melainkan diberi hal serupa (mukjizat) supaya orang beriman kepadanya. Dan hanya aku diberikan kepadaku wahyu yang Allah turunkan, maka aku berharap menjadi orang yang banyak pengikutnya di antara para nabi pada hari kiamat kelak” (H.R. Bukhari no : 4981).
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa mukjizat para Nabi itu lenyap seiring lenyapnya waktu masa hidup mereka, sehingga tidak ada yang bisa menyaksikanya kecuali yang hidup pada masa itu. Berbeda dengan Al Quran, kekal masanya dan abadi keadaanya untuk segala masa hingga hari kiamat. Dan kedahsyatan kemukjizatanya itu terletak pada beberapa aspek, diantaranya : uslub-uslub bahasa, balaghah, kabar-kabar ghaib, dari aspek ilmiyyah dll.
Kemukjizatan dari aspek bahasa
Kemukjizatan Al Quran dari aspek bahasa mengguli dari yang lainya, tidak ada ahli balaghah satu pun di dunia ini yang bisa menandinginya, susunan huruf, kalimat nya tersusun dengan sangat apik dan indah sehingga jelas penjelasannya dan sempurna maknanya. Bahasa yang digunakan Al Quran adalah bahasa arab, Allah Swt berfirman :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya kami telah menurunkan Al Quran dengan bahasa arab, agar kalian berfikir” (Yusuf [12] : 2).
Bahasa yang dipakai dalam kitabullah bukanlah bahasa yang tercipta atas proses sosial, budaya atau sejarah, seperti yang di lontarkan orang-orang liberal, mereka mengatakan bahwa wahyu bukan kalamullah melainkan teks yang dibuat sejarah, karena dari itu hermeneutika menjadi satu-satunya perangkat penafsiran yang tepat untuk Al Quran, ini merupakan tuduhan yang jelas-jelas keliru. Bahasa Al Quran adalah murni kalamullah, dengan diwasiatkan kepada Malaikat Jibril untuk kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-angsur. Artinya wahyu adalah munazzal ; adalah murni apa yang diterima Nabi Muhammad sebagai firman Allah Swt secara utuh. Bukti kedahsyatan bahasa arab yakni tidak bisa dihimpun seluruh maknanya dengan bahasa indonesia atau lainya, karena kedalaman dan keluasan makna bahasa arab. Namun sebaik-baik Al Quran banyak penentangan dan penolakan, karenanya Allah menantang orang-orang kuffar untuk membuat perumpamaanya, Allah berfirman :
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (Al Baqarah [2] : 23).
Bahkan Allah menentang mereka untuk bahu membahu dengan bangsa jin jika memang di perlukan, Allah berfirman :
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
“Katakanlah : “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dpat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al Isra [17] : 88).
Namun dari sejumlah tantangan Allah yang di lontarkan kepada mereka tidak ada yang bisa menjawabnya, dan bahkan hingga sekarang hampir sudah 14 abad tidak ada yang bisa menyandinginya sekalipun bangsa Quraisy yang lebih paham seluk beluk bahasa Arab dan paling piawai dalam sastra.
Bersambung.....
Referensi :
Nashruddin Syarief, Menangkal Virus Islam Liberal : Panduan Islamic Worldview untuk Para Aktivis Dakwah, (Bandung : Persis Pers, 2013), hlm. 164.
Muhammad Ali Ash Shobunni, At Tibyan fi Ulum Al Quran, (Dar Mawahib al Islamiyyah, 2016), hlm. 143.
Komentar
Posting Komentar