Al Ashr

https://images.app.goo.gl/o9MckaJ3kNprkdeV6

Sutan Irawansyah


Dalam pergaulan sehari-hari ketika seseorang menyampaikan informasi penting terhadap lawan bicaranya sering diikuti dengan sumpah, karena tidak mungkin bersumpah kalau-kalau informasi yang akan disampaikannya itu tidak penting atau sepele, karena faktanya tidak perlu di iringi dengan sumpah. Sebab sumpah itu memainkan peran penting dalam upaya meyakinkan lawan bicaranya. Itulah yang Allah maksudkan ketika Allah bersumpah, seperti hal nya dalam surat Al Ashr, dimana Allah Swt bersumpah dengan Al Ashr, yang merupakan satu diantara mahkluk Allah Swt. Sebab itu muncul pertanyaan, seberapa pentingnya waktu sampai-sampai Allah bersumpah dengan waktu? Dan apa pentingnya waktu?

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, perlu untuk kemudian membedah terlebih dulu tabir hikmah dibalik sumpah Allah dengan mahkluk, dalam hal ini bersumpah dengan Al Ashr. Kaitan aqsam atau sumpah Allah para ulama telah mencoba mengkaji, salah satunya Imam Ibn qayyim Al Jauziyyah menyebutkan bahwa Allah bersumpah atas makhluknya untuk membuktikan bahwa mahkluk tersebut termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya. Senada dengan pendapatnya Syaikh Ustaimin  menyebutkan dua faidah aqsam, diantaranya : Pertama, menjelaskan keagungan terhadap yang dijadikan sumpah (muqsam bih), kedua, menunjukan pentingnya yang dijadikan sumpah dan sebagai bentuk penguat atasnya.

Selanjutnya pemaknaan Al Ashr para ulama termasuk Al Hafidz Ibn Katsir menerangkan : “yaitu  waktu yang meliputi aktivitas manusia, berupa kebaikan dan kejahatan. Namun menurut At Thabari pendapat yang benar yang dimaksud dengan Al Ashr adalah nama bagi Ad Dahr (waktu) mencakup seluruh waktu (umum), baik siang, sore, pagi, malam dengan tanpa menafikan atau mengkhususkan salah satunya. Jadi dapat dipahami bahwa Allah bersumpah dengan seluruh waktu. 

Secara bahasa Al Ashr juga dapat diartikan dengan Ad Dammu berarti darah dan Ad Dahr berarti pembunuh berdarah dingin dan binatang kala. Tentunya hal tersebut memiliki relasi, seperti hal nya Ad Dammu yang dimaknai dengan darah. Secara biologis darah itu berfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Kemudian sifat dari darah itu mengalir, seperti itulah perumpamaan waktu, yakni waktu itu sifatnya mengalir. Karena waktu itu mengalir ia sering dispelekan manusia, tidak merasakan kehadiran waktu, sampai-sampai tidak disadari bahwa waktunya telah habis, akibatnya dia merasa rugi dan menyesal akibat dari menyepelekan waktu. Sebab itu mengapa Allah berfirman di ayat selanjutnya : 

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

Yakni untuk menjelaskan bahwa manusia senantiasa terus dalam kerugian hanya karena mengacuhkan waktu dan tidak memperhatikan sisi pentingnya waktu.

Kemudian kalau kita cermati realita bahwa darah itu sering di identikan dengan nyawa, darah itu simbol dari nyawa, sekurang-kurangnya ini menunjukan bahwa ketika Allah bersumpah dengan waktu berarti Allah mengingatkan bahwa waktu itu adalah nyawa, setiap sehentak, selangkah demi selangkah hakikatnya menuju kematian, nyawa kita akan habis.

Selanjutnya darah itu mengalir dan kehadiranya terasa tetap tidak berubah padahal hakikatnya waktu itu berubah, waktu anak-anak telah kita lewati, masa muda sudah kita lalui, masa tua sedang di jalani. Sederhananya waktu itu berubah, hakikatnya ia mengantarkan kita kepada ajal kematian. Karena waktu itu mengalir akibatnya kita sering lupa, kita akan ingat waktu ketika waktu itu telah sampai mengantarkanya ke ujung muara terakhir, yakni kematian. Makanya tidak heran mengapa manusia tidak ingat akan kematiaanya dan sering lupa.

Yang kedua, Al Ashr dimaknai dengan Ad Dahr, binatang kala dan pembunuh berdarah dingin. . Pertama, Al Ashr dimaknai Ad Dahr yang diartikan dengan binatang kala yaitu binatang kecil yang berbisa dan bahaya. Melihat realita, sikap manusia terhadap binatang kala cenderung meremehkan hanya karena ukuranya kecil, namun tidak melihat di balik ukuranya terdapat bisa yang berbahaya, akibatnya manusia menjadi celaka. Fakta ini menunjukan bahwa manusia sering meremehkan waktu yang hakikatnya bahaya apabila tidak mempersiapkan diri. Seperti itulah waktu laksana binatang kala, ia akan membunuhmu dengan bisa-nya apabila kamu tidak memperhatikanya dan berhati hati, sebaliknya apabila kamu tidak meremehkan dan bersikap hati-hati maka yang ada binatang kala itu yang akan kamu taklukan, inilah yang kemudian Imam Syafi’I katakan: “bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.” Dan fakta diatas juga menunjukan bahwa waktu lama atau sebentar, baik satu detik, menit, bahkan sampai jam, pada hakikatnya adalah berharga, karena tidak jarang hanya karena satu menit atau detik tidak tertangani nyawa manusia akan melayang. Ini menunjukan essensi waktu yang sangat penting dan harus di perhatikan. Inilah jawaban mengapa waktu itu penting sampai-sampai Allah bersumpah dengan waktu.

Oleh sebab itu dari sini kita harus paham bahwa waktu begitu penting dalam kehidupan kita, pentingnya waktu harus kita sadari, karena tanpa kita sadari akan eksistensinya waktu kita akan terus pada pusaran kemaksiatan sampai kedzaliman, akan kehilangan sebuah essensi waktu, hilangnya kebermanfaatn dan kebaikan dalam hidupnya, yang akibatnya kerugian di akhirat.

Maka dalam upaya memanfaatkan waktu supaya tidak mengakibatkan kerugian di dunia dan akhirat dan tidak tergolong insane lafii khusriy dijelaskan diayat ketiga dalam surat Al Ashr :

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Semua manusia rugi dalam mengoptimalkan waktu, waktunnya disia-siakan dan menjadi sia-sia sehingga akibatnya rugi dan menyesal diakhir nafasnya, kecuali mereka yang dikategorikan beriman, beramal shaleh, mengajak kepada kebenaran dan mengajak kepada kesabaran. Maka dengan kata lain mereka yang mengoptimalkan waktu dengan dasar keimanan, untuk beramal shaleh, mengajak kepada haq dan bersabar adalah orang-orang beruntung.

Dalam hal ini Ibn Katsir menerangkan : Allah memberikan pengecualian dari kerugian itu bagi orang-orang beriman dengan hati mereka dan mengerjakan amal shaleh melalui anggota tubuhnya, wa tawashaubil haq, yaitu mengajak kepada ketaatan dan meninggalkan semua yang di haramkan, dan wa tawashaubi shabr, yakni bersabar atas segala macam cobaan, takdir dan gangguan yang diarahkan kepada orang-orang yang menegakkan amr ma’ruf nahi munkar. 

Dapat dipahami bagaiamana sangat penting dan berharganya waktu itu, sebab itu Allah menyuruh untuk memperhatikan waktu. Memperhatikan disini maksudnya jangan sampai waktu tersebut hilang saja satu, dua atau tiga detik atau menit hilang dari kebaikan, yakni dengan beriman kepada Allah, beramal shaleh, mengajak kepada kesabaran dan mengajak kepada hak. Jangan ada sedikit pun celah kita untuk berbuat keburukan, karena nanti akibatnya akan merugi dan menyesal, tidak hanya di dunia namun di akhirat.

Sebab itu memperhatikan waktu adalah sebuah keharusan supaya tidak mendapatkan penyesalan yang abadi, sampai-sampai tidak lagi dapat merubahnya atau insyaf dan taubat, tidak lagi dapat berulang dan mendapatkan kesempatan, yaitu penyesalan di akhirat kelak, karena kita di beri jatah hidup satu kali. Maka perhatikanlah waktu dengan memanfaatkanya, karena waktu itu sebentar layaknya hidup kita yang satu kali, hidup kita tidak dapat di ulang, dan diakhirat pun tidak dapat kembali ke dunia, jangan sampai timbul penyesalan seperti apa yang Allah firmankan dalam surat Al Mu’min ayat 11 : 

قَالُوا۟ رَبَّنَآ أَمَتَّنَا ٱثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا ٱثْنَتَيْنِ فَٱعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَىٰ خُرُوجٍ مِّن سَبِيلٍ

Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?"

Wallahu 'alam bi shawwab

Komentar